Kisah Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu Pertama
Kisah Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu Pertama-
Sobat, Baginda Rasulullah diutus ke dunia salah satu tugasnya adalah
menyampaikan wahyu Allah SWT. Wahyu berasal dari bahasa Arab ‘Awha’ yang
berarti inspirasi atau arahan. Wahyu itu merupakan kata-kata Allah SWT
yang terususun indah menjadi ayat-ayat al-Quran yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya.
Mendapat wahyu seperti yang dialami Nabi Muhammad adalah bukan perkara
mudah. Pasalnya wahyu bersumber dari sang penguasa sumber ilmu dan
mempunyai kedudukan paling teratas dan bersifat ketuhanan. Berikut ini
artikel yang akan menceritakan bagaimana kisah sang Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibril.
Seluruh proses penerimaan wahyu Allah memang melalui perantara Jibri
sebagai malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Pada saat mendapatkan
wahyu pertama, sang baginda Rasulullah bahkan menganggap bahwa dirinya
gila. Hanya jiwa yang besar dan kuatlah yang sanggup memikul beban
kenabian itu.
Surah pertama yang disampaikan Malaikat Jibril adalah Al-Alaq. Salah
satu penulis sejarah Islam terkenal, Hussein Haekal menuliskan, usai
menerima wahyu pertama, baginda Nabi Muhammad SAW
terus terbangun dengan ketakutan dan kebingungan. Ia merasa benar-benar
tidak dapat menafsirkan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Diriwayatkan dari Aisyah, Ummul mukminin ra. dia berkata; Awal mula
wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah berupa mimpi yang
benar. Saat itu Rasulullah SAW tengah berkhalwat (menyepi) di Gua Hira.
Hal ini memang biasa Ia lakukan untuk beribadah selama beberapa malam
sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Biasanya Rasulullah SAW
membawa perbekalan makanan, lalu beliau pulang menemui Khadijah untuk
mengambil perbekalan lagi. Di sana lah wahyu pertama tersebut turun
melalui perantara Jibril.
Haekal dan Al Mubarakfuri menuliskan bahwa ketika sang malaikat datang,
Baginda lalu mendongakkan kepala ke langit menuju arah datangnya suara
itu. Baginda dapat melihat dengan jelas malaikat Jibril dalam rupa
seorang lelaki dengan kedudukan kedua-dua kakinya berada di ufuk langit.
Jika pada gambaran pada mata kasarnya, Jibril menunjukkan betapa 'luar
biasa' malaikat yang merupakan hamba Allah yang paling setia ini.
Baginda yang masih ketakutan itu memalingkan mukanya ke arah lain dan
tidak ingin berhadapan dengan Jibril. Akan tetapi, dimana pun
Rasulullah berpaling, Jibril tetap terlihat.
Beliau didatangi malaikat yang mengakatan “Bacalah!” Rasulullah saw
menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Kata Rasulullah saw: “Lalu malaikat
itu memelukku keras-keras sehingga nafasku terasa sesak, kemudian dia
melepaskanku, lalu dia katakan lagi, “Bacalah!” Aku menjawab “Aku tidak
bisa membaca”. Dia memelukku lagi lagi (kedua kalinya) dengan keras
sehingga nafasku terasa sesak, lalu dia melepaskanku, kemudian dia
membacakan, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah yang maha
pemurah”, (QS.Al-laq: 1-3)
Kemudian Rasulullah SAW pulang dengan perasaan sangat ketakutan. Beliau
menemui Khadijah binti Khuwaylid ra. Kata beliau, “Selimutilah aku!
Selimutilah aku” Maka keluarga Nabi SAW menyelimuti beliau sehingga rasa
takut tersebut hilang. Setelah Ia tenang, Beliau ceritakan kepada
Khadijah peristiwa yang telah beliau alami. Kata beliau, “Aku takut akan
terjadi sesuatu pada diriku”. Khadijah menjawab. “Demi Allah, tidak
akan terjadi apa-apa. Allah tidak akan membuatmu hina, karena engkau
selalu menyambung sanak kerabat, menolong fakir miskin, menghormati tamu
dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah”.
Khadijah kemudian mengajak Nabi saw. pergi untuk menemui Waraqaoh bin
Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza, yang merupakan sepupu Khadijah. Waraqoh
adalah orang yang beragama Nasrani pada masa Jahiliyah dan pernah
menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani. Kala itu Warakah sudah tua dan
buta. Kata Khajdijah, “Hai sepupuku! dengarlah kata sepupumu ini
(Muhammad) ini!”.
Waraqah bertanya kepada Nabi SAW “Hai sepupuku! Apa yang kau alaMI?”
Rasulullah menuturkan kepada Waraqah apa yang telah beliau alamai, lalu
Waraqah mengatakan kepada beliau, “Dia itu An-Namus (Jibril) yang juga
telah diutus oleh Allah kepada Nabi Musa. Betapa seandainya aku masih
muda dan masih hidup ketika nanti kaummu mengusirmu!” Rasulullah saw,
bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak
ada laki-laki yang menyampaikan wahyu seperti yang kau bawa ini
melainkan akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup ketika nanti kau
diusir niscaya aku akan membelamu dengan segenap kemampuanku”. (HR.
Bukhari, hadits no.3)
Setelah peristiwa itu, wahyu pun tidak turun dalam beberapa waktu. Nah
Sobat sudah tahukan bagaimana kisah sang Nabi SAW menerima wahyu. Semoga
kita yang tinggal mempelajari wahyu dalam bentuk Alquran dapat
mengamalkan dan mempelajari dengan benar ajaran-ajaran yang sudah
disampaikan Allah melalui perantara sang Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar